Thursday, November 15, 2012

CHARIOTS OF FIRE ~ (1981)


Sebuah film yang diadaptasi dari kisah nyata. Film ini mengisahkan Eric Liddell dan Harold Abrahams dalam mengejar medali emas di Olimpiade 1924. Kedua pelari ini merupakan dua pelari terbaik Inggris pada masanya. Namun, mereka memiliki motivasi yang berbeda dalam berlari.

Harold Abrahams adalah seorang mahasiswa di Universitas terbaik di Inggris, Cambrige University. Harold bergitu terobsesi untuk menjadi yang pelari tercepat. Ia ingin membuktikan diri terhadap orang – orang yang memiliki pandangan yang salah tentang dirinya. Pada masa itu, diskriminasi terhadap orang Yahudi  atau yang disebut (antisemitism) masih merupakan hal yang lazim. Harold Abrahams adalah salah seorang Yahudi yang turut merasakan diskriminasi tersebut. Dalam film ini, diceritakan Harold begitu terobsesi untuk menjadi pelari tercepat dan memenangkan medali emas pada Olimpiade 1924 karena Ia ingin membuktikan dirinya sebagai seorang Yahudi. Harold begitu terpukul ketika mengalami kekalahan pertamanya dalam suatu kompetisi. Ia dikalahkan oleh Eric Liddell pada pertandingan tersebut. Cerita ini merupakan kisah fiktif dan tambahan dalam film saja, bukan merupakan kisah yang sebenarnya. Disini, Harold semakin termotivasi untuk memenangkan medali emas dan membuktikan dirinya pada Olimpiade 1924 dengan bantuan personal coach nya, Sam Mussabini. Dengan segala kerja keras dan latihan – latihan keras untuk mempersiapkan diri mengikuti Olimpiade, Harold berhasil memenangkan medali emas pada pertandingan lari pendek (100meter).

Eric Liddell adalah sebuah kisah yang berbeda. Eric Liddell merupakan seorang skotlandia yang dilahirkan oleh sebuah keluarga misionaris di China. Ia memiliki panggilan hidup untuk menjadi seorang misionaris di China, sama seperti ayahnya. Dalam film ini, diceritakan bagaimana Eric berusaha mengikuti berbagai kompetisi lari dan melakukannya dengan kesungguhan selama 3 tahun. Saudaranya, Jeannie Liddell diceritakan menentang kegiatan Eric sebagai pelari. Ia seringkali mengingatkan Eric bahwa ia seharusnya sudah pergi ke China dan menjadi misionaris. Namun Eric berhasil membujuk Jeannie, katanya “I was made for a purpose, and that was for China, but God has also made me fast.  When I run I can feel His pleasure, and to run and win is to honor Him.  To not run, would be to hold him in contempt.” Motivasinya untuk berlari adalah berlari untuk kemuliaan Tuhan.

Salah satu bagian penting yang menjadi klimaks dari film ini, adalah ketika Harold dan Eric sudah bersama – sama berangkat ke Paris sebagai perwakilan atlet dari Inggris. Dan Eric menolak untuk mengikuti pertandingan tersebut, karena pertandingan lari pendek (100m) dimana seharusnya Eric berpartisipasi dilaksanakan pada hari Sabat (minggu). Disini, Eric diingatkan kembali akan motivasi dan tujuan awalnya dalam berlari yaitu untuk kemuliaan Tuhan. Bagaimana mungkin Ia memuliakan Tuhan dengan berlari pada hari Sabat, yang telah dikuduskan oleh Tuhan. Eric pun berkeras tidak mau mengikuti pertandingan. Dengan pertolongan Lindsay, salah saorang pelari perwakilan Inggris juga, akhirnya Eric bertukar kompetisi. Eric yang awalnya terdaftar menjadi peserta dalam pertandingan lari 100m ditukar menjadi lari 400m. Para peserta lain menganggap rendah Eric karena kurangnya persiapan. Ia jelas – jelas tidak siap untuk berlari 400m. Bagian yang paling mengharukan saat Eric berhasil memenangkan pertandingan tersebut. Menyumbangkan satu buat medali emas lainnya untuk Inggris.

Berita mengenai penolakan Eric untuk bertanding pada hari Sabat tersebar luas. Ia menginspirasi orang – orang pada jamannya untuk menghargai hari Sabat. Ia bahkan mengatakan kalau seharusnya kita menomorsatukan Tuhan dan bukan negara karena Tuhanlah yang menciptakan negara dan raja.

Setelah memenangkan medali emas pada Olimpiade 1924 tersebut, Eric tetap menjalankan panggilan hidupnya untuk menjadi misionaris di China. Kehidupannya begitu banyak menginspirasi orang – orang lain. Bahkan berita meninggalnya seorang Eric Liddell dikatakan menyebabkan kedukaan di seluruh Skotlandia.

Penerapan :: Seharusnya dalam segala hal yang kita lakukan, fokus kita tetap terarah kepada Tuhan. Berusaha melakukan yang terbaik, dalam hal ini berusaha untuk menang hanya untuk kemuliaanNya. Eric juga mengajarkan kita untuk mengembangkan seluruh potensi yang kita miliki bagi kemuliaanNya.
                                                                            

No comments:

Post a Comment